Yuk kita intip kisah inspiratif dari salah satu Mahasiswa S1 Teknik Elektro yang berhasil lulus 3.5 tahun, ya Dia adalah Setya Wahyu Priadi, Pernah menjadi Ketum HIMATRO ke-4 dan menjuarai PIMNAS 31, Dia membuktikan bahwa seorang aktifis juga mampu berprestasi baik di bidang akademik maupun non-akademik. Yuk simak kisahnya di bawah ini.

" Perkenalkan, Nama saya Setya, Teknik Elektro UTM 2015, NIM 150431100097, Asal Sidoarjo. Seperti itulah salah satu contoh kalimat pembuka saya saat menghubungi dosen sehari-hari via Whatsapp. Berawal di tahun 2015 saat saya menjadi MABA (Mahasiswa Baru) di UTM, saya adalah siswa lulusan SMA yang sebenarnya kurang mengerti teknis dan keilmuan Teknik Elektro secara mendalam dibandingkan dengan teman-teman yang lain lulusan SMK. Tapi, saya “bodo amat” karena saya menyadari bahwa telat di awal bukan lah segalanya. Bahkan seorang Einstein dikabarkan dahulunya bukanlah anak yang cerdas, tapi dengan proses yg panjang Einstein mampu membuktikan dirinya.

Pada awal semester, saya merasa mulai bisa beradaptasi dengan mata kuliah karena saya merasa mata kuliah yang diampuh adalah pengembangan dari beberapa mata pelajaran saya saat duduk di bangku SMA. Pada semester 1,2,3 saya sudah sangat bahagia berkuliah di Prodi S1 Teknik Elektro ini dikarenakan tanggungan saya sebagai mahasiswa tidak begitu sulit bagi saya dan saya mampu merasa nyaman akan hal itu. Meskipun begitu, kesibukan saya sehari-hari tidaklah hanya belajar. Saya mengikuti kegiatan kemahasiswaan keolahragaan bersama UKM TOFATEK (Tim Olahraga Fakultas Teknik). Disana saya mendapat mandat sebagai koordinator olahraga bulutangkis karena memang saya ada basic terkait olahraga itu, dari sinilah jiwa kepemimpinan saya mulai ter-asah. Dari semester 2,3 saya merasakan benar-benar lelah akan jabatan itu, tapi itulah kuliah kata ayah saya. Karena semangat dari ayah saya sendiri maka saya tetap tekuni dunia organisasi mahasiswa karena dirasa nantinya akan banyak manfaat yang saya rasakan.


Pada saat semester 4,5 saya terpilih menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (HIMATRO). Dari titik inilah saya benar-benar diuji menjadi mahasiswa organisatoris yang dituntut untuk selalu bisa berfikir kritis, responsif, dan solutif. Banyak sekali yang saya kerjakan di himpunan mulai dari program kerja dalam setahun yang sangat luar biasa padat, tangungan kuliah, dan project. Proses saya di himpunan sangatlah banyak dan menarik, karena di himpunan lah saya baru merasakan asiknya memanajemen mahasiswa yang idealis, dari sini saya selalu terbiasa memutar otak untuk menangani masalah-masalah yang ada dan menyelesaikannya. Pada fase inilah saya mampu belajar banyak dan mengasah softskill saya untuk berbicara di depan umum dan menyampaikan aspirasi maupun solusi. Singkat cerita di akhir kepengurusan kami mengadakan studi ekskursi ke PT. Otsuka di Pasuruan Jawa timur. disana kami banyak dikenalkan produk dan juga cara maupun proses pembuatannya. Sehingga mampu dijadikan ilmu baru oleh kami para mahasiswa semester menengah.

Pada akhir semester 5 saya mengirimkan proposal PKM-KC bersama Azmi alamsyah yang saat itu juga menjabat sebagai ketua umum teknik industri. Tidak menyangka judul kami tentang “Electric Smart Chair sebagai intelligent transport system berbasis IoT untuk efisiensi penarikan tiket penumpang kereta” mampu lolos tahap proposal dan pembiayaan. Pada semester ini saya sangat lelah dan hampir merasa putus asa karena di liburan semester 5 saya magang di salah satu perusahaan yakni PT. PGN (Perusahaan Gas Negara) dengan jadwal yang sangatlah padat. Dengan sibuk magang dan sidang magang saya menyempatkan untuk mengerjakan PKM saya yang sebenarnya saya sendiri mungkin tidak mampu mengerjakan itu karena variabel dan parameter yang sangat banyak sehingga akan sulit dikerjakan sendiri tanpa tim, tapi dibalik itu semua tim saya sangatlah mensupport saya dan tidak membebani saya dengan proposal ataupun laporan perkembangan. Mereka mengerjakan itu dan tanggungan saya hanya alat prototipe ini. Pada magang saya selama satu bulan saya akhirnya mengerti banyak tentang hal instrumentasi di bidang teknik elektro khususnya instrumentasi MR/S (Metering, Regulating System). Sehingga pada saat saya siding KP sangatlah mudah dan ringan untuk saya.


Berlanjut pada akhir semester 6 saya melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata). Disamping itu PKM saya masih berlanjut hingga pada awal masuk KKN itu saya pergi ke UNAIR untuk melaksanakan presentasi progres PKM. Dan tidak disangka dari 9 tim dari UTM, tim saya mampu lolos hingga tahap PIMNAS 31 di Universitas Negeri Yogyakarta. Pada tahap ini kami benar-benar merasa tidak percaya diri karena kami melawan universitas dan institut besar yang sangatlah luar biasa. Tapi tetap saja, pengalaman saya dan azmi sebagai ketum himpunan seharusnya bisa mendorong kami menjadi mahasiswa yang tidak hanya berprestasi di akademik tapi juga punya keahlian lain yakni softskill. Melaksanakan presentasi di depan mahasiswa yang luar biasa dengan juri langsung dari kemenristek dikti sangatlah berat, tapi apa mau dikata, kami percaya dengan pengalaman kami sebagai ketum kami pasti bisa. Pada saat pengumuman alangkah bahagianya kami, kami memenangkan sebagai presentasi terbaik pada hari itu. Walapun gagal mendapat medali emas, tapi kami punya sisi lain yang bisa mengalahkan peserta luar biasa dari kampus lain sekaligus sebagai pembuka jalan bagi UTM untuk terus bisa masuk dalam ajang penelitian mahasiswa tingkat nasional ini.


Pada semester 7, saya pulang dengan bangga mengangkat bendera UTM dan almamater saya. Akhirnya UTM juara, yap benar sekali ini adalah pertama kali UTM juara setelah UTM dilantik menjadi Universitas negeri tahun 2000, kenapa sangat penting, karena event PIMNAS adalah event dimana semakin banyak track record bagus, maka semakin banyak judul yang akan dilirik oleh dikti dari tiap masing-masing kampus. Semoga kedepan kuota untuk UTM bisa semakin bertambah. Di semsester 7, saya sudah mulai fokus dengan skripsi yang dalam hal ini berbeda dengan PKM saya. Tetapi, dekan saya bapak rachmat hidayat memberikan sebuah reward kepada saya bahwa saya bisa lulus dengan 7 semester saja berkat prestasi yang sudah ditorehkan, selain menjadi mahasiswa prestasi akademik di bidang penelitian mahasiswa saya juga pernah menjadi ketum himpunan. 2 hal ini menjadi dasar beliau mempercayai saya sebagai mahasiswa yang memang sudah sepatutnya diberi reward. 3,5 tahun ini adalah berkah yang sangat luar biasa yang tidak pernah saya bayangkan, bahkan ini juga doa ibu saya saat awal saya menjadi MABA, saya menyangkal hal itu tapi sekarang saya benar mengalami bagaimana Allah memberikan keajaiban doa dari seorang Ibu. Disini saya selalu menangis saat mengingat kajaiban ini. Sungguh hanya Allah maha pemberi jalan dan Maha membolak balikkan hati. Saya yakin tugas akhir saya bukanlah yang terbaik dari setiap mahasiswa di jurusan saya, tetapi proses yang saya alami semasa kuliah ini insyaallah mampu menjadikan saya menjadi mahasiswa yang berbobot dibandingkan dengan yang dirasakan oleh mahasiswa lainnya.

Lulus 3,5 tahun dengan IPK cumlaude bukanlah tujuan, tetaplah belajar untuk menjadi lebih pintar dan lebih cerdas lagi. Tuhan tidak akan membiarkan hambanya tersiksa dengan cobaan yang ia berikan. (setya, 2019). "

Gimana sangat mengispiratif bukan, yuk maksimalkan belajar dan kerja kerasnya, karena hasil gak akan menghianati proses. [SWP/ZA]